What's New Here?

    Penelitian Tindakan Kelas yang menyenangkan bagi Peserta PLPG



    Proses pemahaman konsep Penelitian Tindakan Kelas yang dapat mendorong timbulnya kesanggupan seseorang tenaga pendidik untuk melakukan penelitian di kelas bukanlah persoalan yang mudah. Terlebih bagi peserta PLPG, yang memiliki waktu sangat terbatas dalam memahami PTK, yaitu sekitar 6-8 jam saja atau setara dengan 2 – 3 pertemuan kuliah. Penelitian kelas sendiri merupakan salah satu indicator tenaga pendidik professional, artinya seorang tenaga pendidik dapat dikatakan professional hanya jika ia mampu melakukan refleksi, mencobakan metode atau inovasi pembelajaran (media, bahan ajar,  evaluasi) dan melakukannya dengan tujuan memperbaiki atau meningkatan efektifitas pembelajaran.

    Penelitian tindakan kelas bagi guru MI misalnya, dimulai dari proses refkelsi mereka terhadap praktik dan pengalaman dalam mengelola proses pembelajaran. Praktik pembelajaran sekaligus menjadi pengalaman terbaik bagi setiap pendidik merupakan bekal awal dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Tenaga pendidik mutlak mengidentifikasi dan menginventarisir hal-hal yang penting terjadi selama di kelas. Tenaga pendidik harus mampu menyadari baik pengalaman terbaiknya maupun pengalamannya yang terkait dengan masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Setiap pendidik yang mampu mengetahui masih adanya berbagai kesulitan yang dialami peserta didik akan menyadari bahwa layanannya kependidikannya belum berhasil.

    Sebagai pelatih, kita wajib memberikan kesempatan kepada tenaga pendidik untuk mengidentifikasi masalah yang dialami oleh peserta didiknya di kelas. Pendidik diminta untuk merumuskan masalah peserta didik. Hampir seluruh peserta mampu menuliskan masalahnya meskipun rumusannya masih perlu diluruskan. Sebagian peserta ada yang mengemukakan masalah pendidik sendiri bukan masalah yang dihadapi peserta didik. Ada peserta yang mengemukakan masalahnya dengan kalimat: “peserta didik kurang motivasi dalam mengerjakan soal perubahan energy sehingga nilainya rendah.”  Rumusan persoalan seperti ini masih belum tepat meskipun sudah mulai menyadari adanya masalah. Ada peserta lain yang memperbaiki dengan kalimat: “masih rendahnya hasil belajar peserta didik pada konsep perubahan energy di kelas IV MI Al Falah Kabupaten Bandung.” Selepas itu, peserta diminta untuk mempertimbangkan dan memilih tindakan apa yang akan dilakukan terkait dengan rendahnya hasil belajar konsep perubahan energy tersebut. Ada peserta yang mengemukakan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi atau eksperimen akan memudahkan peserta didik memahami konsep perubahan energy. Peserta didorong untuk mengungkapkan apa tujuan dilakukannya tindakan tersebut. Hampir seluruh peserta dapat menyebutkan tujuan tindakan (ada yang menggunakan metode demonstrasi, percobaan, diskusi atau menggunakan media kartu gambar dan poster) yang dipilihnya.


    “Peneliti tindakan kelas adalah guru/pendidik yang senantiasa menyadari berbagai persoalan peserta didiknya di kelas. Semakin ia menyadari dan mampu memberikan tindakan yang memiliki potensi memperbaiki dan meningkatkan efektifitas proses dan hasil pembelajaran, maka semakin professional  ia.”

    (Chaerul Rochman , 15 Oktober 2015)

    Penelitian Tindakan Kelas yang menyenangkan bagi Peserta PLPG

    Posted by Best Practice of Teaching and Learning No comments



    Proses pemahaman konsep Penelitian Tindakan Kelas yang dapat mendorong timbulnya kesanggupan seseorang tenaga pendidik untuk melakukan penelitian di kelas bukanlah persoalan yang mudah. Terlebih bagi peserta PLPG, yang memiliki waktu sangat terbatas dalam memahami PTK, yaitu sekitar 6-8 jam saja atau setara dengan 2 – 3 pertemuan kuliah. Penelitian kelas sendiri merupakan salah satu indicator tenaga pendidik professional, artinya seorang tenaga pendidik dapat dikatakan professional hanya jika ia mampu melakukan refleksi, mencobakan metode atau inovasi pembelajaran (media, bahan ajar,  evaluasi) dan melakukannya dengan tujuan memperbaiki atau meningkatan efektifitas pembelajaran.

    Penelitian tindakan kelas bagi guru MI misalnya, dimulai dari proses refkelsi mereka terhadap praktik dan pengalaman dalam mengelola proses pembelajaran. Praktik pembelajaran sekaligus menjadi pengalaman terbaik bagi setiap pendidik merupakan bekal awal dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Tenaga pendidik mutlak mengidentifikasi dan menginventarisir hal-hal yang penting terjadi selama di kelas. Tenaga pendidik harus mampu menyadari baik pengalaman terbaiknya maupun pengalamannya yang terkait dengan masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Setiap pendidik yang mampu mengetahui masih adanya berbagai kesulitan yang dialami peserta didik akan menyadari bahwa layanannya kependidikannya belum berhasil.

    Sebagai pelatih, kita wajib memberikan kesempatan kepada tenaga pendidik untuk mengidentifikasi masalah yang dialami oleh peserta didiknya di kelas. Pendidik diminta untuk merumuskan masalah peserta didik. Hampir seluruh peserta mampu menuliskan masalahnya meskipun rumusannya masih perlu diluruskan. Sebagian peserta ada yang mengemukakan masalah pendidik sendiri bukan masalah yang dihadapi peserta didik. Ada peserta yang mengemukakan masalahnya dengan kalimat: “peserta didik kurang motivasi dalam mengerjakan soal perubahan energy sehingga nilainya rendah.”  Rumusan persoalan seperti ini masih belum tepat meskipun sudah mulai menyadari adanya masalah. Ada peserta lain yang memperbaiki dengan kalimat: “masih rendahnya hasil belajar peserta didik pada konsep perubahan energy di kelas IV MI Al Falah Kabupaten Bandung.” Selepas itu, peserta diminta untuk mempertimbangkan dan memilih tindakan apa yang akan dilakukan terkait dengan rendahnya hasil belajar konsep perubahan energy tersebut. Ada peserta yang mengemukakan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi atau eksperimen akan memudahkan peserta didik memahami konsep perubahan energy. Peserta didorong untuk mengungkapkan apa tujuan dilakukannya tindakan tersebut. Hampir seluruh peserta dapat menyebutkan tujuan tindakan (ada yang menggunakan metode demonstrasi, percobaan, diskusi atau menggunakan media kartu gambar dan poster) yang dipilihnya.


    “Peneliti tindakan kelas adalah guru/pendidik yang senantiasa menyadari berbagai persoalan peserta didiknya di kelas. Semakin ia menyadari dan mampu memberikan tindakan yang memiliki potensi memperbaiki dan meningkatkan efektifitas proses dan hasil pembelajaran, maka semakin professional  ia.”

    (Chaerul Rochman , 15 Oktober 2015)

    Peer Teaching, Sebuah Miniatur Implementasi Teaching dan Learning Trajectory….



    Peer Teaching (PT) merupakan salah satu miniatur pelaksanaan proses pembelajaran di kelas sekaligus metode dan strategi presformansi kemampuan mengajar guru. Peer teaching juga menjadi syarat bagi peserta PLPG dalam memenuhi  keseluruhan kegiatan PLPG. Dalam melakukan kegiatan PT ini, peserta paling tidak harus melakukan beberapa kegiatan penting. Kegiatan tersebut antara lain adalah: (1) menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Harian) untuk guru RA, (2) membuat kisi-kisi penilaian, (3) menyusun alat evaluasi, (4) membuat rubric penilaian, (5) menyusun bahan ajar, dan (6) menyiapkan, membuat dan menyajikan media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) pada intinya bertujuan untuk memastikan bahwa materi pembelajaran (bahan ajar), proses pembelajaran dan penilaian peserta didik sudah sengaja diseiapkan oleh pendidik. Guru yang telah menyiapkan RPPH jauh akan lebih percaya diri. Pendidik telah melakukan kajian berbagai hal seperti mengakji identitas program harian, mengkaji Kompetensi Inti baik KI-1, KI2, KI3, maupun KI4. Jika Kompetensi Inti sudah dipahami, maka pendidik dapat mengidentifikasi Lingkup perkembangan. Pasa lingkung pengembangan ini  ASK, PAI, fisik motorik kasar, motorik halus, bahasa dan lainnya. Untuk memperjelas capaian perkembangan , maka dirumuskan tigkat pencapaian perkembangan dan capaian perkembangan. Kedua kompoenen ini dapat memastikan kemampuan operasional dari suatu proses pembelajaran. Untuk memastikan hal apa yang akan dicapai, maka pendidik harus merumuskan indicator pencapaian perkembangan. Indikator pencapaian ini memastikan bahwa semua lingkup memiliki kualitas capaian yang jelas. Sebagai pelaksanaan rencana pencapaian perkembangan yang telah disiapkan, maka diuraikan rincian kegiatan atau langkah-langkah pembelajaran. Langkah-langkah kegiatan inilah yang menunjukkan teaching dan learning trajectory dari suatu pembelajaran. Di sinilah miniature implementasi pembelajaran yang sebenarnya.

    Pada proses pembelajaran inilah, pendidik dapat menunjukkan performansi sebenarnya dari seorang pendidik yang professional. Dengan didukung oleh pemilihan media atau sumber belajar dan metode pembelajaran, pendidik dapat melakukan rangkaian proses pembelajaran (teaching trajectory) di kelas.  Pendidik meramu antara kemampuan penguasaan materi, metode dan penggunaan media secara simultan. Selain meramu ketiga aspek tersebut, pendidik pun dituntut untuk memilih kata, kalimat dan bahasa tubuh sehingga menimbulkan hasrat dan minat belajar dari peserta didik. Peserta didik akan memperoleh kompetensinya jika suasana pembelajaran dapat berlangsung dengan kondusif. Pendeknya kepuasan peserta didik akan sangat tergantung oleh tingkat pelayanan pendidik di saat proses pembelajaran. Adapun penilaian dengan berbagai bentuk dan rubric yang jelas menjadi pelengkap yang penting agar hasil pembelajaran memiliki tolok ukur yang pasti. Untuk itulah, pendidik dituntut memiliki kemampuan dalam menyusun kisi-kisi evaluasi, rumusan soal (baik tulis, lisan maupun kinerja/produk). Selain itu, maka untuk memastkan bahwa hasil menjadi bermakna, maka pendidik harus memiliki panduan rubric dan teknik skoring dan penilaian.


    “Pendidik yang hebat dan cerdas adalah mereka yang sanggup dan berhasil menghebatkan dan memfasilitasi peserta didik mencapai kecerdasan mereka”

    (Chaerul Rochman , 18 Oktober 2015)

    Peer Teaching, Sebuah Miniatur Implementasi Teaching dan Learning Trajectory….

    Posted by Best Practice of Teaching and Learning 8 comments



    Peer Teaching (PT) merupakan salah satu miniatur pelaksanaan proses pembelajaran di kelas sekaligus metode dan strategi presformansi kemampuan mengajar guru. Peer teaching juga menjadi syarat bagi peserta PLPG dalam memenuhi  keseluruhan kegiatan PLPG. Dalam melakukan kegiatan PT ini, peserta paling tidak harus melakukan beberapa kegiatan penting. Kegiatan tersebut antara lain adalah: (1) menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Harian) untuk guru RA, (2) membuat kisi-kisi penilaian, (3) menyusun alat evaluasi, (4) membuat rubric penilaian, (5) menyusun bahan ajar, dan (6) menyiapkan, membuat dan menyajikan media pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) pada intinya bertujuan untuk memastikan bahwa materi pembelajaran (bahan ajar), proses pembelajaran dan penilaian peserta didik sudah sengaja diseiapkan oleh pendidik. Guru yang telah menyiapkan RPPH jauh akan lebih percaya diri. Pendidik telah melakukan kajian berbagai hal seperti mengakji identitas program harian, mengkaji Kompetensi Inti baik KI-1, KI2, KI3, maupun KI4. Jika Kompetensi Inti sudah dipahami, maka pendidik dapat mengidentifikasi Lingkup perkembangan. Pasa lingkung pengembangan ini  ASK, PAI, fisik motorik kasar, motorik halus, bahasa dan lainnya. Untuk memperjelas capaian perkembangan , maka dirumuskan tigkat pencapaian perkembangan dan capaian perkembangan. Kedua kompoenen ini dapat memastikan kemampuan operasional dari suatu proses pembelajaran. Untuk memastikan hal apa yang akan dicapai, maka pendidik harus merumuskan indicator pencapaian perkembangan. Indikator pencapaian ini memastikan bahwa semua lingkup memiliki kualitas capaian yang jelas. Sebagai pelaksanaan rencana pencapaian perkembangan yang telah disiapkan, maka diuraikan rincian kegiatan atau langkah-langkah pembelajaran. Langkah-langkah kegiatan inilah yang menunjukkan teaching dan learning trajectory dari suatu pembelajaran. Di sinilah miniature implementasi pembelajaran yang sebenarnya.

    Pada proses pembelajaran inilah, pendidik dapat menunjukkan performansi sebenarnya dari seorang pendidik yang professional. Dengan didukung oleh pemilihan media atau sumber belajar dan metode pembelajaran, pendidik dapat melakukan rangkaian proses pembelajaran (teaching trajectory) di kelas.  Pendidik meramu antara kemampuan penguasaan materi, metode dan penggunaan media secara simultan. Selain meramu ketiga aspek tersebut, pendidik pun dituntut untuk memilih kata, kalimat dan bahasa tubuh sehingga menimbulkan hasrat dan minat belajar dari peserta didik. Peserta didik akan memperoleh kompetensinya jika suasana pembelajaran dapat berlangsung dengan kondusif. Pendeknya kepuasan peserta didik akan sangat tergantung oleh tingkat pelayanan pendidik di saat proses pembelajaran. Adapun penilaian dengan berbagai bentuk dan rubric yang jelas menjadi pelengkap yang penting agar hasil pembelajaran memiliki tolok ukur yang pasti. Untuk itulah, pendidik dituntut memiliki kemampuan dalam menyusun kisi-kisi evaluasi, rumusan soal (baik tulis, lisan maupun kinerja/produk). Selain itu, maka untuk memastkan bahwa hasil menjadi bermakna, maka pendidik harus memiliki panduan rubric dan teknik skoring dan penilaian.


    “Pendidik yang hebat dan cerdas adalah mereka yang sanggup dan berhasil menghebatkan dan memfasilitasi peserta didik mencapai kecerdasan mereka”

    (Chaerul Rochman , 18 Oktober 2015)

    Membudidayakan Tanaman Hidroponik dan Padi Hitam di Tepian Waduk Saguling Lokasi KKMT UIN Bandung Tahun 2015



    Penulis memberi penyuluhan Hidroponik sederhana

     Hari Sabtu tanggal 8 Agustus 2015 merupakan hari bersejarah bagi segeranp mahasiswa KKMT UIN Bandung Tahun 2015. Di hari itu mereka –yang didampingi oleh penulis- melakukan kegiatan Lokakarya KKMT di lokasi yang terletak di tepian waduk Saguling Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung. Hari yang memberikan kesan tersendiri dimana Aula Desa penuh dengan warga yang sangat antusias mengikuti lokakarya KKMT dipandu oleh Dr. H. Chaerul Rochman, M.Pd (DPL) selama 3 jam dari pukul 13.30 sampai dengan 17.00 WIB.

    Ibu-Ibu aktif praktik membuat media hidroponik
    Dua informasi yang telah disampaikan dari DPL kepada warga masyarakat, yaitu bagaimana upaya membudidayakan tanaman sayuran khususnya melalui teknik hidroponik. Kedua, adalah bagaimana membudidayakan tanaman padi hitam yang memiliki khasiat yang sangat luar biasa. DPL memulai dengan menjelasakan latar belakang dan manfaat tanaman dengan menggunakan teknik hidroponik. Semua warga yang menghadiri lokakarya tersebut menyimak secara seksama dan mempraktikan pembuatan media hidroponik serta melakukan penanaman langsung yaitu memindahkan bibit yang sudah mulai tumbuh ke media yang baru dibuat. Media yang dibuat berasal dari limbang botol air mineral ukuran 600 mL. Mereka ditrampilkan memotong media botol, memasukkan sumbu dan memindahkan rockwal ke dalam media.
    Penulis bersama mahasiswa KKMT Desa Karang Anyar
    Pada sesi kedua, Penulis memberikan penjelasan mengenai tahapan penanaman/pembudidayaan padi hitam. Penjelasan dimulai dari apa manfaat padi hitam bagi kesehatan kita. Penjelasan berikutntya adalah bagaimana cara penanaman bibit padi melalui persemaian yang tepat. Pengolahan tanah pun menjadi syarat bagi penanaman yang baik padi hitam. Penanaman dengan jarak antar tanaman yang diatur seperti model legowo. Strategi lainnya adalah teknik pemberian pupuk dan penyemprotan pupuk organik. Kelebihan tanaman padi hitam ini antara lain dengan penggunaan waktu tanam sama dengan waktu tanam padi biasa, juga teknik pemeliharaannya yang tidak terlalu sulit. Selain adanya kemudahan dalam pemeliharaannya, padi hitam juga memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi. Karena harga jual padi hitam yang baik dapat 2 sampai 2,5 kali lipat harga padi biasa.
     
    Beberapa pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dari kegiatan lokakarya pembudidayaan tanaman sayuran memalui hidroponik dan pembudidayaan padi hitam adalah: (1) masyarakat mengerti solusi mendapatkan sayuran yang sehat dan mudah, (2) masyarakat mendpatkan kemudahan dalam membudidayakan sayuran dengan teknik yang sangat sederhana, (3) masyarakat tahu manfaat dan fungsi padi hitam untuk kesehatan, (4) masyarakat tumbuh kemampuan dan kesanggupan dalam membudidayakan padi hitam di lahan sawah biasa, (5) masyarakat lebih menyadari akan manfaat padi hitam pada aspek fisik maupun aspek ekonomi yang lebih potensial dan memiliki nilai tambah

    Membudidayakan Tanaman Hidroponik dan Padi Hitam di Tepian Waduk Saguling Lokasi KKMT UIN Bandung Tahun 2015

    Posted by Best Practice of Teaching and Learning No comments



    Penulis memberi penyuluhan Hidroponik sederhana

     Hari Sabtu tanggal 8 Agustus 2015 merupakan hari bersejarah bagi segeranp mahasiswa KKMT UIN Bandung Tahun 2015. Di hari itu mereka –yang didampingi oleh penulis- melakukan kegiatan Lokakarya KKMT di lokasi yang terletak di tepian waduk Saguling Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung. Hari yang memberikan kesan tersendiri dimana Aula Desa penuh dengan warga yang sangat antusias mengikuti lokakarya KKMT dipandu oleh Dr. H. Chaerul Rochman, M.Pd (DPL) selama 3 jam dari pukul 13.30 sampai dengan 17.00 WIB.

    Ibu-Ibu aktif praktik membuat media hidroponik
    Dua informasi yang telah disampaikan dari DPL kepada warga masyarakat, yaitu bagaimana upaya membudidayakan tanaman sayuran khususnya melalui teknik hidroponik. Kedua, adalah bagaimana membudidayakan tanaman padi hitam yang memiliki khasiat yang sangat luar biasa. DPL memulai dengan menjelasakan latar belakang dan manfaat tanaman dengan menggunakan teknik hidroponik. Semua warga yang menghadiri lokakarya tersebut menyimak secara seksama dan mempraktikan pembuatan media hidroponik serta melakukan penanaman langsung yaitu memindahkan bibit yang sudah mulai tumbuh ke media yang baru dibuat. Media yang dibuat berasal dari limbang botol air mineral ukuran 600 mL. Mereka ditrampilkan memotong media botol, memasukkan sumbu dan memindahkan rockwal ke dalam media.
    Penulis bersama mahasiswa KKMT Desa Karang Anyar
    Pada sesi kedua, Penulis memberikan penjelasan mengenai tahapan penanaman/pembudidayaan padi hitam. Penjelasan dimulai dari apa manfaat padi hitam bagi kesehatan kita. Penjelasan berikutntya adalah bagaimana cara penanaman bibit padi melalui persemaian yang tepat. Pengolahan tanah pun menjadi syarat bagi penanaman yang baik padi hitam. Penanaman dengan jarak antar tanaman yang diatur seperti model legowo. Strategi lainnya adalah teknik pemberian pupuk dan penyemprotan pupuk organik. Kelebihan tanaman padi hitam ini antara lain dengan penggunaan waktu tanam sama dengan waktu tanam padi biasa, juga teknik pemeliharaannya yang tidak terlalu sulit. Selain adanya kemudahan dalam pemeliharaannya, padi hitam juga memiliki potensi ekonomi yang sangat tinggi. Karena harga jual padi hitam yang baik dapat 2 sampai 2,5 kali lipat harga padi biasa.
     
    Beberapa pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dari kegiatan lokakarya pembudidayaan tanaman sayuran memalui hidroponik dan pembudidayaan padi hitam adalah: (1) masyarakat mengerti solusi mendapatkan sayuran yang sehat dan mudah, (2) masyarakat mendpatkan kemudahan dalam membudidayakan sayuran dengan teknik yang sangat sederhana, (3) masyarakat tahu manfaat dan fungsi padi hitam untuk kesehatan, (4) masyarakat tumbuh kemampuan dan kesanggupan dalam membudidayakan padi hitam di lahan sawah biasa, (5) masyarakat lebih menyadari akan manfaat padi hitam pada aspek fisik maupun aspek ekonomi yang lebih potensial dan memiliki nilai tambah

    Melatih Alat Lab Fisika bagi Guru untuk daerah Indonesia Timur di Makassar



    Gaya angkat ke atas jauh leih besar dibanding dengan gaya berat pesawat Lion Air yang melesat dari Bandara Husen Sastranegara Bandung membumbung ke angkasa menuju Bandara di Kota Makassar pada hari Selasa, tanggal 10 Agustus 2015 pukul 06.10 WIB. Sehingga 2 jam 5 menit kemudian pesawat Lion Air dapat mendarat dengan mulus. Hanya agak kaget juga ketika pukul 09.10 sampai di Makassar. Rupanya ada perbedaan waktu antara Bandung dengan Makassar 1 jam, sehingga Makassar lebih cepat 1 jam dibanding dengan Bandung.

    Kali ini, pelatihan pendayagunaan dan pemanfaatan alt lab IPA berlangsung bagi guru IPA untuk daerah Sulawesi dan Maluku. Tak kurang dari 285 orang guru IPA dilatih menggunakan dan memanfaatkan alat IPA dalam proses pembelajaran. UU Sisdiknas No. 20/ 2003 pasal 45 ayat (1) menyatakan, setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik kecerdasan intelektual, social, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran, karena tanpa sarana dan prasarana yang tepat dan memadai akan sulit untuk mencapai kualitas pendidikan yang diharapkan. Karena pentingnya amanat ini, maka pemerintah terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran IPA dengan cara menyediakan laboratorium IPA dan peralatannya. Pada tahun 2015 ini, Pemerintah memberikan bantuan peralatan laboratorium IPA SMP dari dana Pusat untuk lebih dari 1300 SMP.

    Upaya tersebut memiliki dua mata pisau, yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA secara umum dan mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mempromot dilakukannya pendekatan saintifik. Pendekatan ini merupakan tuntutan implementasi Kurikulum 2013. Salah satu efek dari pendekatan tersebut adalah adanya pembelajaran IPA yang menggunakan dan memanfaatkan alat laboratirium IPA. Pembelajaran IPA mendukung akan perkembangan 4 potensi peserta didik, yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi. Keempat komponen utama tersebut dapat ditumbuh kembangnya pada diri peserta didik melalui aktivitas dengan menggunakan alat laboratorium IPA. Dalam pembelajadan sains peserta didik didorong agar dapat belajar melalui keterlibatan aktif dengan melakukan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sebagaimana para Saintis melakukan eksperimen di laboratorium. Peserta didik difasilitasi untuk mendapatkan pengalaman langsung dengan merencanakan percobaan, merangkai alat dan bahan, melakukan pengukuran dan pengamatan, mengolah data, menyimpulkan dan mempresentasikan hasil diskusi serta pengolahan data. Dengan kata lain, peserta didik terlibat secara aktif dalam menmggunakan proses mentalnya agar mereka memperoleh pengalaman yang bermakna. Pada akhirnya, tidak mustahil apabila peserta didik dapat menemukan beberapa konsep dan prinsip tersebut.

    Pembelajaran yang dapat diperoleh dari pelatihan ini adalah: (1) guru IPA di daerah penerima alat mengenal dan mampu mengidentifikasi kelayakan alat sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, (2) guru IPA dapat menggunakan secara tepat peralatan laboratorium IPA dalam proses pembelajaran, (3) guru dapat mempersiapkan dan melaksanakan percobaan IPA dalam pembelajaran IPA, dan (4) guru dapat mengembangkan padanan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran IPA di sekolahnya masing-masing.

    Pada akhir aktivitas pelatihan di Kota Makassar ini adalah menikmati suguhan ikang bakar dan coto Makassar. Kelezatan ikang bakar di Makassar hanya dapat dirasakan ketika par Nara Sumber berada di lokasi pantai Losari. Waw, lengkaplah perjalanan pelatihan alat IPA ini dengan mencicipi aneka makanan laut ala Makassar.

    Wa’lahu’alam bi showab.

    Melatih Alat Lab Fisika bagi Guru untuk daerah Indonesia Timur di Makassar

    Posted by Best Practice of Teaching and Learning 1 comment



    Gaya angkat ke atas jauh leih besar dibanding dengan gaya berat pesawat Lion Air yang melesat dari Bandara Husen Sastranegara Bandung membumbung ke angkasa menuju Bandara di Kota Makassar pada hari Selasa, tanggal 10 Agustus 2015 pukul 06.10 WIB. Sehingga 2 jam 5 menit kemudian pesawat Lion Air dapat mendarat dengan mulus. Hanya agak kaget juga ketika pukul 09.10 sampai di Makassar. Rupanya ada perbedaan waktu antara Bandung dengan Makassar 1 jam, sehingga Makassar lebih cepat 1 jam dibanding dengan Bandung.

    Kali ini, pelatihan pendayagunaan dan pemanfaatan alt lab IPA berlangsung bagi guru IPA untuk daerah Sulawesi dan Maluku. Tak kurang dari 285 orang guru IPA dilatih menggunakan dan memanfaatkan alat IPA dalam proses pembelajaran. UU Sisdiknas No. 20/ 2003 pasal 45 ayat (1) menyatakan, setiap satuan pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik kecerdasan intelektual, social, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran, karena tanpa sarana dan prasarana yang tepat dan memadai akan sulit untuk mencapai kualitas pendidikan yang diharapkan. Karena pentingnya amanat ini, maka pemerintah terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran IPA dengan cara menyediakan laboratorium IPA dan peralatannya. Pada tahun 2015 ini, Pemerintah memberikan bantuan peralatan laboratorium IPA SMP dari dana Pusat untuk lebih dari 1300 SMP.

    Upaya tersebut memiliki dua mata pisau, yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA secara umum dan mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mempromot dilakukannya pendekatan saintifik. Pendekatan ini merupakan tuntutan implementasi Kurikulum 2013. Salah satu efek dari pendekatan tersebut adalah adanya pembelajaran IPA yang menggunakan dan memanfaatkan alat laboratirium IPA. Pembelajaran IPA mendukung akan perkembangan 4 potensi peserta didik, yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi. Keempat komponen utama tersebut dapat ditumbuh kembangnya pada diri peserta didik melalui aktivitas dengan menggunakan alat laboratorium IPA. Dalam pembelajadan sains peserta didik didorong agar dapat belajar melalui keterlibatan aktif dengan melakukan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sebagaimana para Saintis melakukan eksperimen di laboratorium. Peserta didik difasilitasi untuk mendapatkan pengalaman langsung dengan merencanakan percobaan, merangkai alat dan bahan, melakukan pengukuran dan pengamatan, mengolah data, menyimpulkan dan mempresentasikan hasil diskusi serta pengolahan data. Dengan kata lain, peserta didik terlibat secara aktif dalam menmggunakan proses mentalnya agar mereka memperoleh pengalaman yang bermakna. Pada akhirnya, tidak mustahil apabila peserta didik dapat menemukan beberapa konsep dan prinsip tersebut.

    Pembelajaran yang dapat diperoleh dari pelatihan ini adalah: (1) guru IPA di daerah penerima alat mengenal dan mampu mengidentifikasi kelayakan alat sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, (2) guru IPA dapat menggunakan secara tepat peralatan laboratorium IPA dalam proses pembelajaran, (3) guru dapat mempersiapkan dan melaksanakan percobaan IPA dalam pembelajaran IPA, dan (4) guru dapat mengembangkan padanan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran IPA di sekolahnya masing-masing.

    Pada akhir aktivitas pelatihan di Kota Makassar ini adalah menikmati suguhan ikang bakar dan coto Makassar. Kelezatan ikang bakar di Makassar hanya dapat dirasakan ketika par Nara Sumber berada di lokasi pantai Losari. Waw, lengkaplah perjalanan pelatihan alat IPA ini dengan mencicipi aneka makanan laut ala Makassar.

    Wa’lahu’alam bi showab.

    Recent Posts

    back to top