Penelitian Tindakan Kelas yang menyenangkan bagi Peserta PLPG
Proses
pemahaman konsep Penelitian Tindakan Kelas yang dapat mendorong timbulnya
kesanggupan seseorang tenaga pendidik untuk melakukan penelitian di kelas
bukanlah persoalan yang mudah. Terlebih bagi peserta PLPG, yang memiliki waktu
sangat terbatas dalam memahami PTK, yaitu sekitar 6-8 jam saja atau setara
dengan 2 – 3 pertemuan kuliah. Penelitian kelas sendiri merupakan salah satu
indicator tenaga pendidik professional, artinya seorang tenaga pendidik dapat
dikatakan professional hanya jika ia mampu melakukan refleksi, mencobakan
metode atau inovasi pembelajaran (media, bahan ajar, evaluasi) dan melakukannya dengan tujuan
memperbaiki atau meningkatan efektifitas pembelajaran.
Penelitian
tindakan kelas bagi guru MI misalnya, dimulai dari proses refkelsi mereka
terhadap praktik dan pengalaman dalam mengelola proses pembelajaran. Praktik
pembelajaran sekaligus menjadi pengalaman terbaik bagi setiap pendidik
merupakan bekal awal dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Tenaga pendidik
mutlak mengidentifikasi dan menginventarisir hal-hal yang penting terjadi
selama di kelas. Tenaga pendidik harus mampu menyadari baik pengalaman
terbaiknya maupun pengalamannya yang terkait dengan masalah yang dihadapi oleh
peserta didik. Setiap pendidik yang mampu mengetahui masih adanya berbagai
kesulitan yang dialami peserta didik akan menyadari bahwa layanannya kependidikannya
belum berhasil.
Sebagai
pelatih, kita wajib memberikan kesempatan kepada tenaga pendidik untuk
mengidentifikasi masalah yang dialami oleh peserta didiknya di kelas. Pendidik
diminta untuk merumuskan masalah peserta didik. Hampir seluruh peserta mampu
menuliskan masalahnya meskipun rumusannya masih perlu diluruskan. Sebagian
peserta ada yang mengemukakan masalah pendidik sendiri bukan masalah yang
dihadapi peserta didik. Ada peserta yang mengemukakan masalahnya dengan
kalimat: “peserta didik kurang motivasi dalam mengerjakan soal perubahan energy
sehingga nilainya rendah.” Rumusan persoalan
seperti ini masih belum tepat meskipun sudah mulai menyadari adanya masalah.
Ada peserta lain yang memperbaiki dengan kalimat: “masih rendahnya hasil
belajar peserta didik pada konsep perubahan energy di kelas IV MI Al Falah
Kabupaten Bandung.” Selepas itu, peserta diminta untuk mempertimbangkan dan
memilih tindakan apa yang akan dilakukan terkait dengan rendahnya hasil belajar
konsep perubahan energy tersebut. Ada peserta yang mengemukakan bahwa dengan
menerapkan metode demonstrasi atau eksperimen akan memudahkan peserta didik
memahami konsep perubahan energy. Peserta didorong untuk mengungkapkan apa
tujuan dilakukannya tindakan tersebut. Hampir seluruh peserta dapat menyebutkan
tujuan tindakan (ada yang menggunakan metode demonstrasi, percobaan, diskusi
atau menggunakan media kartu gambar dan poster) yang dipilihnya.
“Peneliti
tindakan kelas adalah guru/pendidik yang senantiasa menyadari berbagai
persoalan peserta didiknya di kelas. Semakin ia menyadari dan mampu memberikan
tindakan yang memiliki potensi memperbaiki dan meningkatkan efektifitas proses
dan hasil pembelajaran, maka semakin professional ia.”
Penelitian Tindakan Kelas yang menyenangkan bagi Peserta PLPG
Posted by Best Practice of Teaching and Learning
No comments
Proses
pemahaman konsep Penelitian Tindakan Kelas yang dapat mendorong timbulnya
kesanggupan seseorang tenaga pendidik untuk melakukan penelitian di kelas
bukanlah persoalan yang mudah. Terlebih bagi peserta PLPG, yang memiliki waktu
sangat terbatas dalam memahami PTK, yaitu sekitar 6-8 jam saja atau setara
dengan 2 – 3 pertemuan kuliah. Penelitian kelas sendiri merupakan salah satu
indicator tenaga pendidik professional, artinya seorang tenaga pendidik dapat
dikatakan professional hanya jika ia mampu melakukan refleksi, mencobakan
metode atau inovasi pembelajaran (media, bahan ajar, evaluasi) dan melakukannya dengan tujuan
memperbaiki atau meningkatan efektifitas pembelajaran.
Penelitian
tindakan kelas bagi guru MI misalnya, dimulai dari proses refkelsi mereka
terhadap praktik dan pengalaman dalam mengelola proses pembelajaran. Praktik
pembelajaran sekaligus menjadi pengalaman terbaik bagi setiap pendidik
merupakan bekal awal dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Tenaga pendidik
mutlak mengidentifikasi dan menginventarisir hal-hal yang penting terjadi
selama di kelas. Tenaga pendidik harus mampu menyadari baik pengalaman
terbaiknya maupun pengalamannya yang terkait dengan masalah yang dihadapi oleh
peserta didik. Setiap pendidik yang mampu mengetahui masih adanya berbagai
kesulitan yang dialami peserta didik akan menyadari bahwa layanannya kependidikannya
belum berhasil.
Sebagai
pelatih, kita wajib memberikan kesempatan kepada tenaga pendidik untuk
mengidentifikasi masalah yang dialami oleh peserta didiknya di kelas. Pendidik
diminta untuk merumuskan masalah peserta didik. Hampir seluruh peserta mampu
menuliskan masalahnya meskipun rumusannya masih perlu diluruskan. Sebagian
peserta ada yang mengemukakan masalah pendidik sendiri bukan masalah yang
dihadapi peserta didik. Ada peserta yang mengemukakan masalahnya dengan
kalimat: “peserta didik kurang motivasi dalam mengerjakan soal perubahan energy
sehingga nilainya rendah.” Rumusan persoalan
seperti ini masih belum tepat meskipun sudah mulai menyadari adanya masalah.
Ada peserta lain yang memperbaiki dengan kalimat: “masih rendahnya hasil
belajar peserta didik pada konsep perubahan energy di kelas IV MI Al Falah
Kabupaten Bandung.” Selepas itu, peserta diminta untuk mempertimbangkan dan
memilih tindakan apa yang akan dilakukan terkait dengan rendahnya hasil belajar
konsep perubahan energy tersebut. Ada peserta yang mengemukakan bahwa dengan
menerapkan metode demonstrasi atau eksperimen akan memudahkan peserta didik
memahami konsep perubahan energy. Peserta didorong untuk mengungkapkan apa
tujuan dilakukannya tindakan tersebut. Hampir seluruh peserta dapat menyebutkan
tujuan tindakan (ada yang menggunakan metode demonstrasi, percobaan, diskusi
atau menggunakan media kartu gambar dan poster) yang dipilihnya.
“Peneliti
tindakan kelas adalah guru/pendidik yang senantiasa menyadari berbagai
persoalan peserta didiknya di kelas. Semakin ia menyadari dan mampu memberikan
tindakan yang memiliki potensi memperbaiki dan meningkatkan efektifitas proses
dan hasil pembelajaran, maka semakin professional ia.”